Wali Kota Solo, Esemka Bukan Mobil Bohong-Bohongan - Teknologi
Contoh banner 1

Srikandi News

Contoh banner 1

Wali Kota Solo, Esemka Bukan Mobil Bohong-Bohongan

Mobil Esemka Rajawali. (Foto: Ist/Budhi Martono)

SOLO, Srikandi Indonesia - Isu mobil Esemka kembali bergulir menjelang pemilu presiden (Pilpres) 2019 karena dinilai menjadi alat Presiden Joko Widodo untuk memuluskan karier politiknya.
Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo yang juga bekas wakil Wali Kota Jokowi saat masih di Solo mengatakan, ide pembuatan mobil Esemka dari awal ditujukan untuk mobil nasional. Saat mengemudikan mobil Esemka ke Jakarta beberapa tahun lalu untuk uji emisi, dia menyebut mobil ini dua kali lolos.
"Pada uji pertama berat mobil Esemka mencapai satu ton. Padahal, berat mobil seharusnya sekitar 800 kg, dan akhirnya diubah berat kendaraan sesuai harapan. Jadi dianggap mobil Esemka bohong-bohongan itu, salah," kata Rudyatmo di Solo, Rabu (24/10/2018).
Politikus PDI Perjuangan itu mengatakan, mobil Esemka dirancang untuk transfer teknologi. Pasalnya, pada 2011, siswa SMK yang baru lulus dilatih untuk membuat suku cadang yang akhirnya menjadi Esemka.
Mobil tersebut, lanjutnya, kemudian dikembangkan menjadi mobil utuh sehingga membutuhkan komponen lain. Hal ini penting karena meski harganya lebih murah, kualitasnya harus terjamin dan tidak kalah dengan mobil-mobil merek Jepang yang banyak beredar di Indonesia.
"Kami pada 2011 pembuatan mobil Esemka ada sparepart yang belum bisa memproduksi sendiri, antara lain ring piston dan dinamo stater. Dinamo ini, dahulu sebenarnya bisa membuat tetapi biayanya agak mahal," kata Rudyatmo.
Pada perkembangan, ada empat model Esemka, yaitu Esemka Rajawali, Esemka Digdaya, Esemka Bima, dan Esemka Hatchback. Namun, model ini terus berkembang.
Rudyatmo menjelaskan, salah satu cara untuk membuat mobil Esemka dengan harga murah dengan penggunaan konten lokal yang besar, sedikitnya d 80 persen. Dengan begitu, harga mobil Esemka tidak akan terlalu terpengaruh gejolak kurs rupiah.
Mobil Esemka diproduksi dengan menjalin kemitraan dengan industri komponen otomotif lokal. Misalnya, dengan industri cor logam di Batur Kabupaten Klaten yang membuat blok mesin, dan industri knalpot di Purbalingga selama ini banyak digandeng produsen otomotif dalam menyediakan onderdil dan suku cadang kendaraan.
Rudyatmo mengatakan saat ini para siswa lulusan SMK di Solo sudah diarahkan bisa membuat knalpot, dashboard, dan lain-lain. Dia memastikan, produksi Esemka akan terus melibatkan siswa dan lulusan SMK.
Namun, kata Rudyatmo tidak masalah jika produsen Esemka menggandeng pabrikan otomotif luar negeri dalam proses produksinya. Kerja sama dengan pabrikan besar dinilainya bisa menguntungkan karena adanya alih teknologi baru.( iNews.id /sl)

Tidak ada komentar